Jurnalis TV yang sedang meliput berita |
Sebenarnya sejak saya kecil saya bingung ingin memiliki
porfesi apa nantinya. Apalagi ketika ditanya oleh guru SD atau SMP, mungkin
jawaban saya pada saat itu sama seperti jawaban anak-anak pada umumnya, seperti
dokter, guru, arsitek, atau apapun itu yang sudah familiar didengar oleh anak-anak
diumur belianya.
Namun ketika memasuki usia remaja atau memasuki masa-masa
sekolah setelah SMP, kegelisahan itu tiba-tiba muncul, dengan kegelisahan awal
antara masuk ke SMA, atau SMK. Tetapi saya pada saat itu terngiang dengan
kalimat “Kalau kamu bingung, pilih saja SMK, kalau SMK nanti bisa langsung
kerja, atau kalau mau lanjut kuliah juga bisa. Tapi kalau SMA kamu harus kuliah
dulu baru bisa kerja.” Dan akhirnya, saya memutuskan untuk masuk ke SMK, soal
SMK mana saya masih bingung pada saat itu.
Saya mulai kepikiran kalau saya cukup tertarik dengan dunia
broadcasting pada saat itu. Menurut saya itu keren, tampil di TV,
mengoperasikan alat yang ada dibalik layar, dan menjadi mata yang bisa
menyalurkan apa yang dilihatnya kepada banyak orang. Lebih spesifiknya sih,
saya ingin jadi fotografer handal pada masa SMK itu.
Akhirnya, saya memilih masuk ke SMK swasta yang punya
jurusan Multimedia didalamnya, tentu saja yang jaraknya dengan rumah saya,
karena jujur saja sejak TK saya selalu bersekolah dilingkungan terdekat dengan
rumah saya.
Ketika sudah memutuskan masuk ke salah satu SMK swasta didekat
rumah, saya sudah melakukan prosedur pendaftaran seperti interview, membayar
uang gedung, mengambil seragam sekolah, dan persiapan-persiapan lainnya. Wah rasanya
senang sekali tidak lama lagi saya mempelajari lebih dalam tentang dunia multimedia.
Tapi kesenangan itu tiba-tiba berubah menjadi kejutan,
karena saya baru ingat kalau saya pernah mendaftarkan diri disalah satu SMK
negeri-yang-didekat-rumah-juga. Dari awal saya sudah tidak optimis dengan nem
saya yang pas-pasan itu, inginnya sih masuk SMK negeri jurusan multimedia, tapi
nilai saya hanya cukup di jurusan yang punya persaingan ketat itu. Akhirnya saya
memilih jurusan lain yang direkomendasikan teman-teman saya yang yakin saya
bisa masuk SMK negeri.
Benar saja, rupanya saya berhasil lolos di salah satu SMK
negeri dengan jurusan yang sebenarnya saya tidak inginkan. Saya lolos di gelombang
kedua, karena di gelombang pertama sebenarnya juga sudah tidak ada nama saya. Tetapi
di gelombang kedua itu nama saya terpampang muncul dan itu hanya ada nama saya
sendirian.
Mungkin saja saya diprioritaskan pada saat itu, karena
hanya saya satu-satunya yang lolos di gelombang kedua itu. Saya ditelfon
berkali-kali, diperintahkan untuk mengumpulkan berkas pendaftaran dan melakukan
pendaftaran ulang di sekolah itu. Saya baru tersadar bahwa niat itu sangat
baik, karena sayang sekali jika saya sudah lolos di SMK negeri itu tapi saya
tolak.
Setelah bertanya ke teman-teman, orangtua, dan bertanya
random di facebook, akhirnya saya menerima tawaran di sekolah negeri itu. Kemudian
bagaimana dengan jurusan multimedia yang sudah saya miliki seragamnya itu? Ya,
tentu saja saya kembalikan, dan memohon maaf karena saya pada akhirnya memilih
sekolah negeri itu. Hari-hari saya di SMK negeri itu juga sebenarnya baik,
hanya saja exitement saya yang kurang diawal sekolah.
Singkat cerita, tibalah dipenghujung masa sekolah saya. Saya
kembali merasa kebingungan dengan cita-cita saya. Setelah berkali-kali
melakukan penelitian kecil. Boom! “Aku mau masuk jurusan ilmu komunikasi.” Lalu
mencari-cari mau masuk di kampus mana. Padahal sebelumnya saya bingung mau kerja
dulu, atau kuliah dulu. Atau keduanya? Tapi saya tidak diijinkan untuk kuliah
sambil kerja kalau di awal semester. Jadilah saya memilih kuliah. Kemudian kelanjutan
dari kebimbangan kuliah ini sebenarnya ada di artikel saya yang berjudul Kampus
Ungu: My Trip My Adventure!
Keinginan saya menjadi semakin menjadi-jadi setelah
mendapatkan beberapa mata kuliah yang berkaitan dengan bidang jurnalistik. Di semester
4 ini saya sudah memiliki pengalaman tentang bagaimana menjadi seorang jurnalis,
presenter, serta kameraman hingga teknik pengambilan gambar dan teknik mengedit
sebuah berita atau news.
Saya sangat berharap, di semester 5 yang akan datang saya
bisa mendapat lebih banyak materi yang berkaitan dibidang jurnalistik yang bisa
memperluas lagi wawasan serta praktiknya di lapangan langsung.
Lebih jauh lagi, saya berharap dan akan berusaha untuk
menjadi jurnalis profesional yang bekerja untuk kesejahteraan orang banyak
dimasa yang akan datang. So what’s about your dream, guys?
Komentar
Posting Komentar